Saturday, April 16, 2005

Menjadi penerjemah, wira usaha -bisa- modal "dengkul"

Selama ini bila orang berpikir tentang wiraswasta atau wirausaha, termasuk point penting yang perlu diperhatikan adalah soal "modal" atau biaya yang diperlukan untuk memulai usaha tersebut. Sebenarnya apakah ada model usaha yang bermodal minim sekali, hampir-hampir hanya bermodal (kata orang) "dengkul". Menurut saya, bila kita memiliki satu atau lebih jenis kemampuan/ketrampilan, sebenarnya banyak yang bisa dikerjakan.

Misalnya adalah menjadi penerjemah/translator. Ketrampilan yang diperlukan adalah kemampuan bahasa asing (Inggris, Prancis, Mandarin, Korea, Jepang, Portugis, Jerman, dll). Jenis pekerjaan inipun bisa dimulai dengan sistem paruh waktu, misal bahkan sejak usia SMU (byar SMU tapi sudah jago bahasa asing - misalnya).

Nah, langkah berikutnya tinggal membuat promosi, menjual jasa kita. Contoh sederhana: membuat iklan poster, ditempel di tempat rental komputer, rental internet, iklan via chatting internet, iklan dari mulut ke mulut :) menawarkan ke mahasiswa-mahasiswa yang sedang menempuh kuliah jenjang S-2, titipkan kartu nama ke banyak orang, dan sebagainya. Yang perlu juga mendapat perhatian, soal kualitas terjemahan dan harga jasa yang menarik. Semakin baik kualitas terjemahan dan harga jasa juga "berani agak miring" kayaknya bakal mudah mendapat pelanggan.

Kalau sudah semakin OK kualitas, berikutnya bisa dipikirkan mengembangkan "market", semisal mencoba menawarkan ke penerbit-penerbit, percetakan, kantor, dll. Selamat mencoba "resep" sederhana ini. Good luck, sayonara, adios !

20 comments:

  1. wah, sayang sekali...anda menganggap penterjemahan bahasa sebagai pekerjaan "cetek". Sebelum anda membuat pernyataan 'bonek' macam ini sebaiknya anda konsultasi dulu ke para penterjemah-penterjemah ahli yang bakal bilang ke anda kalau translator itu pekerjaan intelek yang nggak bisa sembarangan dikerjakan. Mohon lebih hati-hati

    ReplyDelete
  2. yang kerja modal dengkul kuat itu cumen tukang beca bro..masa penerjemah dibilang modal dengkul..kalo cumen terjemahin cerpen mungkin anak smu bisa..kalo urusan tender..bahasa tehnik etc..wah salah terjemahin kontrak trilyunan bablas duit orang..so kasih judul yg smooth lah..kerja ringan modal payung..ojek payung..oke salam sukses buat semua..

    ReplyDelete
  3. wah sori-sori, maaf kalau ada yang "kesinggung". maksud nya tuh bukan dari sisi intelegensi, tapi dari sisi investasi (modal)na pak/bu. jadi biar tanpa modal dana (cash), tetap bisa jalan usaha, asal ... ya punya skill bahasa asing na. saya tidak menganggap usaha ini tipe "cetek", karena banyak jg yg berhasil dari usaha translator ini (apalagi translator untuk PBB, untuk pak presiden, pak gubernur, untuk PT Caltex, PT Mobil Oil, PT Honda, dll).
    Masalahnya, level semua job area ini kan gak harus request high level skill seperti itu, ada juga tugas nerjemahin kelas SMU, tugas kelas mahasiswa tingkat 1, dst.

    but, anyway .. thanks for the critics, input and comments :)

    ReplyDelete
  4. Bagus, bagus. Saya sekarang ini bekerja sebagai penerjemah. Walaupun masih penerjemah kecil-kecilan untuk sebuah rental, tapi saya bisa menghasilkan kurang lebih 1 juta sebulan. Saya rasa jika saya menekuni lagi, misalnya dengan membuka usaha terjemahan sendiri, tidak dari rental, hasilnya bisa berlipat.

    Dan memang usaha ini hanya bermodal 'dengkul' dan 'otak'. Kita tidak terikat dengan jam kerja yang kadang kadang 'suck', dan kita lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.

    Sisi buruknya, badan pegel2 karena duduk di depan komp terus, mata berkunang2 karena menatap monitor terus, dan bagi para perokok (syukurlah saya sudah berhenti), ini adalah pekerjaan yang tepat untuk menghabisi paru2 anda, karena: asem banget tuh bibir kalo gak ngeliatin komp seharian tanpa ngebul!

    Blog yang bagus!

    ReplyDelete
  5. saya tertarik banget tuh jadi penerjemah. maunya sih nerjemahin buku2 teks di penerbit2 gitu..tapi caranya gimana ya?

    ReplyDelete
  6. kalau profesi penerjemah, kompetisi sekarang kayakna agak ketat ya. kalo mau coba, ya coba aja kontak ke penerbit, ngajukan penawaran penerjemahan, bagus lagi bawa contoh hasil kerjaan yang pernah dibikin. kata temen, semacam tips lah, coba masuki bidang terjemahan untuk fak/bidang ilmu yang masih agak sedikit kompetisinya. misal kalo komputer, kependidikan, agama, politik, kan sudah banyak tuh pemainnya. misal yang agak langka apa ya ? (hehehe) ... ilmu keperawatan .. mungkin bagus :) or else ... try to make a survey please ..

    ReplyDelete
  7. pantas dunia pendidikan kita jelek. profesi penerjemah yg menjadi jembatan antara dunia luar dan negeri sendiri dianggap rendahan begitu. lihatlah buku2 yg dipajang di toko, banyak yg terjemahannya kacau. maklum, penerbit mau cari untung dengan membayar penerjemah murahan. aku pernah liat lowongan kerja penerjemah, masak kualifikasinya cuman smu??? gajinya pun cuman sejuta sebulan.

    ReplyDelete
  8. kualitas pendidikan kayaknya ndak cuma harus berkorelasi dengan bagus tidaknya buku terjemahan. faktanya : negara2 asal bahasa asli buku, di kompetisi olimpiade ilmu pengetahuan (fisika, kimia, dll) dunia aja kalah sama peserta dari negara bukan pengguna asli bhs tsb. penerbit yg bonafid tentu nggak akan asal-asalan mengeluarkan buku terjemahan dengan kualitas "pas-pasan", apalagi "berantakan". banyak mahasiswa S2 jg pas dpt tugas nerjemahin, ngelemparnya ke jasa-jasa terjemahan. ijazah gak pasti korelasi dengan tingginya intelegensi seseorang. apalagi jaman kini, siapa yang punya duit, bisa sekolah sampai tinggi. :)

    ReplyDelete
  9. Sampai 2008 ini, kalau saya hitung, saya sudah jadi penerjemah selama 13 tahun. Kalau dibilang modal dengkul, sebenarnya kurang tepat juga karena saya dulu mengeluarkan biaya lumayan besar untuk sekolah bahasa Inggris. Tetapi memang, selain biaya pendidikan itu, tidak diperlukan modal usaha lain yang terlalu besar. Tidak seperti kalau mau buka usaha rumah makan atau bengkel, misalnya. Kita hanya butuh komputer (untuk ngetik), HP (untuk mengontak dan dikontak klien), akses internet (untuk menerima dan mengirim naskah), serta rekening bank (untuk terima transferan fee). Tentu kita juga perlu sejumlah kamus yang lengkap, baik cetak maupun software. Sayangnya, di Indonesia, penghargaan untuk kerja penerjemah umumnya amat rendah. Jangan dikira penerbit bayar mahal ke penerjemah. Saya sudah malang-melintang di banyak penerbit, dan semua rate-nya rendah, bahkan yang sekelas Gramedia sekalipun. Dulu saya pernah full time kerja di rumah sebagai penerjemah untuk berbagai penerbit, dan memang bisa hidup agak layak. Tapi waktu itu saya memang tinggal di Jogja, jadi harga macam-macam kebutuhan memang agak rendah. Sekarang saya tinggal di Jakarta dan nggak mungkin lagi kerja full time sebagai penerjemah. Bisa bangkrut! Menerjemahkan hanya sebagai sampingan saja. Itu pun tidak lagi melayani penerbit karena harganya rendah. Yang saya layani sekarang, antara lain, adalah galeri-galeri yang akan mengadakan pameran dan butuh katalog dalam dua bahasa. Jadi menerjemahkan ke bhs. Inggris. Harganya lebih layak. Kerja sambil-lalu selama 1 atau 2 hari (nggak full time) hasilnya sekitar 1 juta. Bayangkan kalau sebulan nerjemahin terus, mungkin bisa dapat 30 juta kali yeee... (tapi badan langsung remuk!). Ok, ini sharingpengalaman aja, semoga ada gunanya. Thx.

    ReplyDelete
  10. Kalau dikatakan modal dengkul tidaklah sepenuhnya benar. Wong saya sebagai penerjemah, saya harus membeli kamus-kamus, buku-buku bahasa Inggris, buku-buku bahasa Indonesia, dan buku-buku tentang menerjemah. Selain itu saya juga harus mendalami bahasa Inggris baik itu lewat radio, televisi, atau kursus. Selain itu saya juga perlu belajar terbang untuk mendapatkan jam terbang menerjemah yang semakin lama semakin banyak. Selain itu saya juga perlu banyak berhubungan dengan sesama penerjemah, baik selevel, junor, maupun senior.

    Jadi semua itu tidak cukup dibayar dengan dengkul, tapi kita dituntut untuk merelakan hilangnya (investasi) waktu, tenaga, uang, dan pikiran yang tidak sedikit. Semangat juga tidak kalah pentingnya untuk selalu diinvestasikan (dipompakan) agar kita bisa menjadi penerjemah yang semakin berkualitas.

    ReplyDelete
  11. AnonymousMay 10, 2008

    allow nama gwa astrid gwa baru klas 3 SMP saya berminat menjadi penerjemah walaupun hanya 500.000 sebulan saya mau yang penting saya ada uang untuk membelikan papa saya hadiah ulang tahun bagi yg berminat memperkerjakan saya kirim pesan ke fs q di blue_holic@naruto.conan plizz sata benar" menginginkan pekerjaan ini saya nohon dengan sangat saya serius saya benar" membutuhkan pekerjaan ini... saya mohon sengan amat sangat

    ReplyDelete
  12. AnonymousJune 21, 2008

    tahun ini kebetulan aku baru dapat job part time sebagai penerjemah komik mandarin-indo, saya lulusan sastra cina, sebenarnya ini profesi part time yg saya harap bisa jadikan profesi tetap, karena pekerjaan saya selain menerjemahkan jg mengajar bahasa mandarin, sempat bbrp kali mengirim email ke pihak penerbit seperti gramedia, tapi kayanya sulit sekali karena tidak dapat tanggapan

    ReplyDelete
  13. biasanya syarat bisa jadi penerjemah selain bahasa apa ya? saya lebih tertarik jadi penerjemah novel...kita bisa lebih mendalami ceritanya.

    ReplyDelete
  14. akhuw juga mau donk jadi translator buku githu...aku silvia sekarang baru klaz 3 SMA sihhh....kalo translate inggris-indo ato chinese-indo sihh masi bisa....dibayar brapapun jugha gpp...soalnya mau ngisi waktu luang pas liburan...jadi yg mau email ke silvia.archangelz@gmail.com
    thx...

    ReplyDelete
  15. akhuw juga tertarik nihh jadi translator...aku silvia klaz 3 SMA..klo translate inggris ama bahasa cina sih masi bisa...bayarnya terserahh soalnya maw ngisi waktu doank....jadi kalau yg tertarik email ke silvia.archangelz@gmail.com yahhhh...thx

    ReplyDelete
  16. Rekan penerjemah yth.
    Saya mengelola jasa penerjemahan. bagi rekan yang mau join sebagai freelance boleh kirim CV nya ke saya.
    Saat ini juga sedang banyak translate komik korea, bila ada yang tertarik boleh segera coba.

    Terima kasih,
    http://penerjemahresmi.wordpress.com

    ReplyDelete
  17. Tips kamu salah semua. Bisnis itu memang mudah, tapi banyak hal yang harus dimiliki sebagai modal termasuk bisnis terjemahan.

    Buat yang mau punya 30 juta per bulan gak usah remuk tulang lah. Anda juga bisa menjadi penerjemah plus (editing etc.) dengan pasang harga yang cukup mahal. Asal punya integritas tinggi terhadap pekerjaan, pengalaman dan pengetahuan terhadap bidang yang diterjemahi, kenalan (untuk kepercayaan) dan selalu belajar. Jadi bisnis terjemahan kalau dikelola dengan baik secara profesional dan jangan banting harga akan membawa kita ke pintu Mulyuner.

    Jadi jangan percaya semua mudah (seperti kata penulis blog ini) kecuali kalau ingin dibayar murah lalu mendapat sumpah serapah atas ketidakbecusan hasil terjemahan kita.

    Penulis blog ini juga jangan hanya sekedar nulis blog tanpa latar belakanga pengetahuan yang cukup. Bahaya! Dosanya bukan cuma buat Anda tapi ditularkan ke orang lain.



    Thanks,

    ReplyDelete
  18. AnonymousJuly 09, 2010

    Hm jadi penerjemah cuma modal lulus SMA? Mungkin perlu dipikirkan kembali. Menerjemahkan bukan cuma mengubah tulisan bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, atau sebaliknya. Penerjemah harus paham isinya. Kalau penerjemah sendiri tidak paham apa yang diterjemahkan, bagaimana dengan pembaca terjemahan itu? Nah, isi teks inilah yang akan menjadi masalah bagi anak yang baru lulus SMA.

    ReplyDelete
  19. Bagus banget infonya. Kebetulan kita juga usaha di bidang yang sama. Untuk itu, buat teman2 yang berniat manjadi penerjemah freelance, mampir aja ke website kita.

    ReplyDelete
  20. numpang lewat...
    bagi komentator semuanya benar...
    bagi penulis blog juga gak salah..
    cuma persepsi aj yg beda..

    ReplyDelete