Saturday, April 23, 2005

Wartel mini berbasis VoIP > diversifikasi warnet

Ide bisnis ini memerlukan perhatian pikiran agak lebih dibanding gagasan-gagasan sebelumnya (membuka rental komputer, jasa pengetikan, atau lainnya). Warnet, lazimnya dijalankan sebagai usaha menyewakan (rental) koneksi internet kepada pelanggan/customer. Pelanggan bisa menikmati layanan yang tersedia standar dari internet (browsing, chatting, email, streaming audio-video). Seiring perkembangan teknologi muncul fenomena VoIP (Voice over Internet Protocol), yakni melewatkan data suara/voice via jaringan internet. Dengan VoIP, komunikasi antara Jakarta - London bukan lagi bertarif sambungan internasional (SLI), tetapi setara dengan koneksi lokal internet rumah - ISP. Demikian pula komunikasi Jogja-Aceh, Medan-Jayapura, Surabaya-Tokyo, Paris-New York, dan sebagainya.
Untuk warnet yang menyediakan fasilitas voice chat (chating menggunakan voice), atau kadang juga webcam, customer dapat menikmati betul "kemurahan" internet dalam membantu komunikasi jarak jauh ini.
Seorang mahasiswa yang kuliah di UGM dapat bervoice ria dengan keluarganya atau istrinya di Myanmar atau Uganda dengan tarif hanya 3000 - 4000 rupiah jam. Dengan catatan, kedua pihak sama-sama menggunakan protokol internet (misal: bila si mahasiswa sedang di warnet, keluarga nun jauh di sana bisa berada di warnet pula, atau memiliki koneksi internet di rumah).
Masalahnya, bagaimana bila salah satu pihak tidak memungkinkan terkoneksi dengan internet. Di sinilah peluang membisniskan warnet menjadi wartel mini, misal dengan memanfaatkan beberapa PC untuk layanan telekomunikasi jarak jauh (SLJJ atau SLI). Pada PC tersebut dipasang fasilitas komunikasi suara (optional: video/web cam). Dan pemilik warnet memiliki account pulsa (misal membeli Skype account, atau iConnect) agar bisa tersambungkan antara internet dengan fixed phone. Misal warnet di Jakarta menelpon rumah ke Surabaya, atau warnet di Denpasar menelpon ke rumah di Sydney, dsb.
Sepengetahuan penulis, sekarang layanan VoIP internasioanl banyak bermunculan dengan memberikan harga tarif yang kompetitif. Dari selisih tarif itulah kita bisa mengharap adanya margin keuntungan buat wartel mandiri (tidak melibatkan Telkom).

Demikian sekelumit ide/gagasan mendiversifikasikan warung internet (warnet) menjadi wartel mini melayani SLJJ atau SLI. :)

2 comments:

  1. AnonymousJune 11, 2005

    Suatu ide yang bagus untuk menerapkan teknologi voip sebagai media telekomunikasi SLI dan SLJJ. Namun ada informasi penting sebelum pengusaha warnet menjalankan strategi ini.
    Teknologi VOIP (Voice Over Internet Protocol) menggunakan media internet untuk mengirimkan suara. Suara yang dikirimkan melalui internet dapat terdengar baik apabila koneksi internet yang tersedia di suatu warnet adalah minimal 128 kbps dengan rasio perbandingan 1:1. Hal ini dikarenakan suara yang dikirimkan dirubah dulu menjadi suatu format data untuk dikirimkan ke internet. Dan besarnya ukuran data ini jauh lebih besar dari ukuran data yang biasanya kita gunakan untuk browsing.
    Sebagai pengusaha warnet, biasanya kita berlangganan internet dari ISP sebesar 128 - 512 Kbps. Namun kita tidak pernah tahu, berapa rasio pembagi yang diberikan oleh ISP itu ke warnet. Sebagai informasi, bila kita berlangganan Speedy dari telkom dengan kecepatan 256 kbps, maksudnya adalah kita mendapat jatah bandwith sebesar 256 kbps NAMUN dibagi dengan N pelanggan. N sendiri adalah jumlah rasio yang hanya diketahui oleh ISP. Dan saya lihat tidak ada satu ISP pun yang memberitahukan rasio bandwith yang kita dapat apabila kita tidak menanyakannya.
    Yang kedua, apabila kita dijamin mendapat 128 kbps dengan rasio 1:1, kita juga harus menghitung, ada berapa komputer yang dijadikan voip yang kita gunakan pada saat yang sama. Apabila ada 4 komputer berarti maksudnya 128 kbps / 4.
    Alasan ketiga, biaya untuk mendapatkan bandwith 128 kbps dengan rasio 1:1 itu cukup mahal. Sekitar 5 - 7 juta per bulan.
    Dengan alasan-alasan ini, menurut saya VOIP kurang efisien dikembangkan untuk lingkungan warnet.
    VOIP cukup laku di negara-negara barat dikarenakan infrastruktur komunikasi mereka sudah cukup bagus sehingga biaya telekomunikasi mereka menjadi murah dengan kualitas yang sangat baik.

    ReplyDelete
  2. Hmmm ... nice comments. Terima kasih informasinya, sangat berharga. Cukup detail. :)
    Saya memang belum meng-eksplorasi sampai ke detail teknis. Mungkin bisa dilakukan pengujian sederhana (trial) pada level praktis, misal bila melakukan voice chat menggunakan Yahoo Messenger, atau Skype Tool, atau USB phone dengan menggunakan account pulsa dari operator global semacam i-Connect, dsb. Bila customer memang "menerima" dengan kualitas seperti yang demikian adanya, makanya tarif akhir yang dipatok untuk "jasa komunikasi" ini kiranya perlu dipikirkan secara bijaksana, tetapi tetap pada level yang cukup menarik bagi customer, dibandingkan bila menggunakan operator lokal (Indosat/Telkom/dll).

    ReplyDelete